Total Tayangan Halaman

Minggu, 09 Januari 2011

Strategi Investasi Reksadana

Tidak seperti menabung yang tidak memerlukan strategi. Berinvestasi di reksadana perlu mengunakan strategi hal untuk mengoptimalkan keuntungan dan meminimalkan faktor resiko , yaitu resiko fluktuatifnya dari harga NAB (nilai aktiva bersih) dan situasi ekonomi maupun faktor emosi. Fluktuatifnya harga NAB, terutama untuk jenis NAB reksadana saham sering kali kita membuat emosi kita terpengaruh. Ketika IHSG (Indeks Harga Gabungan) turun yang berimbas kepada NAB yang anjlok pula, membuat kita panik dan segera menarik dana kita.
Padahal disisi lain NAB yang turun akan memberikan keuntungan jika kita jeli dan menambah unit NAB kita, maka ketika NAB naik kembali, kita akan mendapatkan keuntungan. Hal itulah yang mendorong kita perlu melakukan Strategi investasi reksadana, berikut berbagai macam strategi investasi reksadana.
- Lump-sum, yaitu menginvestasikan seluruh dana di awal dan menjualnya kembali ketika NAB nya lebih tinggi dari harga beli.
- DCA (Dollar Cost Averaging). yaitu kita menginvestasikan dana kita secara berkala dengan jumlah yang tetap. Ibaratnya disini kita mencicil investasi kita. Misalkan kita menaruh Rp. 500.000 secara berkala tiap bulannya.
- Constans share (CS). yaitu kita membeli secara berkala jumlah unit NAB reksadana setiap bulannya, misalnya 100.000 unit setiap bulan.
- Value Averaging, yaitu kita menginvestasikan dana secara tetap dan berkala sehingga penambahan nilai investasi kita selalu tetap. Dalam penerapannya strategi ini bisa menggunakan nilai nominal ataupun persen. Kita ambil contoh, awal bulan kita berinvestasi dengan Rp.500.000 dan kita menetapkan pertumbuhan investasi kita Rp. 500.000 tiap bulannya. Maka jika akhir bulan nilai investasi kita bertambah menjadi Rp. 650.000. maka agar nilai investasi kita bertambah secara tetap kita perlu berinvestasi
bulan berikutnya dengan rumus target investasi * periode – nilai investasi terakhir.
Dana Awal Rp. 500.000
1. Akhir bulan pertama, Rp. 650.000.
2. Di awal bulan ke – 2 maka kita hanya perlu menambahkan sebesar Rp.500.000 * 2 – Rp. 650.000  = 350.000.
3. Begitupun untuk bulan ke-tiganya. Jika nilai investasi terakhir di bulan ke 2 sebesar Rp. 1.100.000, maka di bulan ke -3, kita perlu berinvestasi sebesar Rp. (500.000 * 3) – Rp. 1.100.000 = Rp. 400.000.
Dengan menerapkan nilai nominal sebagai target investasi sebagai acuan, menimbulkan kelemahan, yaitu nilai Rp. 500.000 dimasa mendatang tentu akan nilainya sangat kecil. Alternatif lain kita bisa menggunakan nilai persentase, dengan metode yang sama kita bisa menggunakan rumus Nilai persen * nilai investasi terakhir. Ambil contoh kita menetapkan nilai investasi bertumbuh tetap setiap bulannya sebesar 10%.
1. Jika awal investasi Rp. 500.000 dan diakhir bulan nilai investasinya menjadi Rp. 510.000 maka untuk bulan berikutnya kita harus menambah investasi menjadi 10/100 * 510.000 = Rp. 51.000,
2. Bulan kedua jika nilai investasi kita sebesar 550.000 maka kita harus menambah investasi menjadi 10/100 * 600.000 = Rp. 60.000, begitu seterusnya.
Pada awalnya mungkin Rp. 51.000 ataupun Rp. 60.000 sangatlah kecil, namun untuk kedepannya nilai investasi kita akan membesar dan tentu saja hasil persentase  nilainya  juga akan makin membesar.
Terlepas dari 4 Strategi di atas, Masih ada strategi reksadana lain untuk memaksimalkan keuntungan. Strategi  reksadana ini hanya cocok untuk reksadana saham, karena mengambil keuntungan dari fluktuatifnya harga. Strategi yang di maksud adalah
- Buy and Exit, Yaitu strategi investasi dengan cara membeli di saat pasar akan bergerak naik dengan harapan harga akan bergerak naik dan menjualnya kembali disaat harga akan bergerak turun. Dan kita akan membeli lagi di saat harga akan bergerak naik.
- Buy and Switch, Yaitu strategi dengan membeli reksadana disaat pasar akan bergerak naik dengan harapan harga akan bergerak naik dan menswitchnya ke produk investasi lain yang rendah resikonya seperti Reksadana pendapatan tetap (RDP) atau pun Reksadana Pendapatan uang ketika harga akan bergerak turun. Dan ketika harga akan bergerak naik kembali kita swich lagi ke reksadana saham.
Strategi ini memerlukan analisa khusus untuk mengamati pergerakan harga. Salah satu analisa yang biasa dipakai yaitu teknikal analisis. Teknikal analisis adalah suatu cara untuk memprediksikan harga atau tren dari pasar dimasa mendatang dengan mengamati perilaku pasar dimasa lalu. Mungkin kelihatannya rumit, untuk lebih spesifiknya saya akan membahas teknikal analisis di artikel terpisah. Selanjutnya saya mencoba untuk simulasi dengan berbagai macam strategi  reksadana di atas dengan menggunakan data Real menggunakan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) sebagai acuan.